Minggu, 09 Oktober 2016

#BatikIndonesia: Saya, Dia, Kami


Batik merupakan tradisi yang berkembang di pulau Jawa. Saat ini batik sudah dikenal dan diakui dunia sebagai kebudayaan bangsa indonesia tidak hanya suku Jawa. Pengakuan dunia secara resmi dikukuhkan pada tahun 2009 oleh UNESCO dengan diakuinya Batik Indonesia  sebagai Budaya Tak benda Warisan Manusia.


Saya mengenal batik, seperti orang Indonesia pada umummya yang lahir bukan dari keluarga pembatik atau dibesarkan di daerah sentra batik dari pakaian atau kain panjang yang dikenakan orangtua saat acara resmi.

Semakin besar saya mengetahui batik bukan sekedar kain bermotif. Batik adalah teknik yang digunakan untuk menghasilkan gambar atau motif pada kain. Secara ringkas proses membatik mencakup mencoret atau membuat  gambar atau motif pada kain menggunakan malam dan memberikan warna pada kain. Batik identik dengan motif karena batik dengan motif tertentu sudah digunakan sejak ratusan tahun yang lalu dalam upacara tradisi. Batik dengan motif tertentu untuk upacara tradisi masih digunakan saat ini dalam upacara perkawinan dan juga prosesi lainnya seperti batik nogosari atau grombol untuk upacara siraman atau batik gondosuli yang dikenakan pada malam midodareni.

Kebanggaan terhadap batik sebagai kebudayaan bangsa menjadi kecintaan saat melihat langsung  proses membatik yang dilakukan oleh teman-teman di Yogyakarta. Batik tidak hanya bisa dibuat dengan canting atau kuas tapi juga menggunakan cap. Batik cap seperti batik tulis mempunyai teknik yang khas dan menarik. Teknik ini membuat batik lebih mudah untuk diproduksi secara banyak jika dibandingkan batik tulis yang menggunakan canting. Lebih mudah bukan berarti menjadi bisa dibuat secara massal karena proses pewarnaan juga membutuhkan waktu seperti batik tulis.

Dia, Lila Imelda Sari, rasanya hampir sama seperti saya, ketertarikan pada batik dimulai saat melihat bagaimana orangtua atau orang dewasa tampil berbeda terutama saat memadukan kebaya dengan batik. Pengalaman melihat kebaya digunakan secara anggun saat acara istimewa atau secara kasual sehari hari membuat Lila berkreasi memadukan pakaian tradisional dan modern, membuat kebaya yang bisa dipakai dengan kasual tanpa telihat kuno atau ketinggalan jaman.

Dia  mengajak saya berkolaborasi untuk membuat desain batik motif ayam. Membuat kain batik menggunakan teknik cap, dengan gambar yang memang tidak mengandung unsur motif tradisional. 

Perjalanan kami dimulai, rasanya seperti petualangan  baru melihat bagaimana batik cap dibuat. Menjadi terkagum-kagum melihat koleksi cap yang ada dipembatik. Menjadi terkagum-terkagum melihat cap yang dibuat dari tembaga diproses sedemikian rupa menghasilkan gambar dan motif yang bermacam-macam.  Melihat keahlian pembatik cap menghasilkan kain yang penuh gambar atau motif dengan cap yang berukuran tidak lebih dari 30x30 cm dan banyak yang lebih kecil. Menyaksikan bagaimana cap digerakkan secara lurus, vertikal, miring, diputar sehingga menghasilkan motif yang menarik. 

Dan kami semakin jatuh cinta pada batik.

Melihat gambar saya dijadikan cap, dengan bahan tembaga rasanya sudah senang, penasaran ingin melihat hasilnya.


Foto: Lila Imelda Sari

Melihat kain yang sudah dicap gambar ayam rasanya tambah tidak sabar.

Melihat kain yang sudah selesai diproses rasanya takjub.


Foto: Lila Imelda Sari

Batik cap motif JAGO NGGUYUB. Dia memilih ayam, identik dengan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Suasana masyarakat dengan ayam peliharaan, kebiasaan berkumpul antar masyarakat, dan keberanian ayam jantan (jago), adalah inspirasinya untuk memilih mengeksplorasi moti ini. Seluruh proses pembatikan dikerjakan oleh beberapa orang pengrajin batik di Yogyakarta.Dan melihat dia berkreasi dengan batik cap moti Jago Ngguyub membuat kebaya, rok lilit dan kain  rasanya luar biasa. Dia membuat batik dan kebaya lebih dari sekedar pakaian tradisional. Kreasi dia membuat batik menjadi relevan dengan fashion saat ini.
Dia juga memperlihatkan bagaimana kain panjang bisa digunakan dengan santai dan gaya.


Foto: Lemari Lila


Kami juga belajar, kebanggaan masyarakat terhadap batik kurang diimbangi dengan edukasi yang kuat tentang proses dan sejarah batik. Walau sudah umum digunakan banyak yang tidak mengetahui bahwa batik diproses dengan tangan tidak hanya proses pengaplikasian malam tapi juga pewarnaan yang membuat setiap lembar meskipun mempunyai motif yang sama akan mempunyai sedikit perbedaan.
Foto Lila Imelda Sari

Kami juga belajar, setiap lembar kain batik dikerjakan lebih dari satu orang.
Batik Indonesia tidak hanya saya, dia tapi kami dan tentu saja kita.


3 komentar: