Sabtu, 01 Agustus 2015

Terinspirasi dan Menginspirasi di Nias (2)

Nias bagi saya yang orang mandailing, kelahiran Medan dan besar di Jakarta merupakan salah satu tempat di Sumatra yang ingin didatangi. Dan kesempatan itu datang rasanya seneng dan benar-benar pakai banget.

Saya bukan ke Nias yang ada lompat batu atau pantai yang keren untuk selancar, tapi saya ke Gunung Sitoli dan menginap di Kompleks Museum Pusaka Nias yang memang dekat pantai, cuma 100 meter.
Kesempatan menginap di Omo Hada museum Pusaka Nias tidak saya lewatkan untuk mengunjungi Museum. Koleksi Museum cukup lengkap dan tertata rapi, juga dirawat dengan baik. Museum Pusaka Nias ini milik pribadi yang sudah dibentuk menjadi yayasan didirikan oleh Pastor dari Jerman, P. Johannes M. Hämmerle.

Koleksi museum yang bikin ngiler adalah miniatur rumah adat dan anyaman pandan
miniatur rumah adat Nias koleksi Museum  Pusaka Nias


Ini adalah salah satu miniatur rumah adat Nias koleksi Museum  Pusaka Nias yang besar alasnya sekitar 1,5 meter. Rumah adat nias ini pintu masuknya ada dibagian bawah, bukan samping, seperti rumah adat Nias di anjungan Sumatera Utara , Taman Mini Indonesia Indah.


tempat sirih dari pandan
Beberapa barang seperti tempat sirih terbuat dari pandan yang dianyam. Motif kotak-kotak sering saya temui, tapi motif yang seperti segilima dan bolong tengahnya baru pertam kali lihat, selain itu lebar helai pandannya lebih kecil dari yang sering saya lihat. Ya, memang lebih halus dan itu yang bikin pengen punya, sayang gak sempat mampir ke pengrajin pandan


Selimut pandan yang ditenun
Tenun pandan baru pertamakali lihat, sayang gak boleh dipegang dan biasanya dibuat untuk selimut tapi sekarang sudah tidak ada lagi yang menenun pandan



Patung batu yang dipahat
Koleksi patung batu di Museum juga banyak dan bervariasi , dari yang bentuknya dekoratif sampa realis. 


Patung harimau dari kayu
Hal lain yang menarik adalah adanya figur harimau walau tidak ada harimau di Nias. Menurut guide museum, dulu, salah satu pemimpin bermimpi disuruh membuat harimau dan dibuang ke air terjun untuk tolak bala. Jadilah figur harimau muncul dalam tradisi Nias, dengan deformasi bentuk yang unik dan khas.
Alat pemeras tebu
Tradisi penghormatan terhadap figur perempuan seperti venus ternyata juga ada di Nias. Ini terlihat pada alat pemeras tebuu yang memiliki figur perempuan dengan payudara yang jelas, menurut mereka bentuk seperti itu membuat hasil peras lebih banyak

Pinggir pantai 
Sapaan bahasa Nias, Ya'ahowu sama seperti Horas, salah satu pinggir pantai di daerah Kota Gunung Sitoli ada tulisan Yaahowu besar, keren jadi harus di foto dulu
Makan malam, sekalian berbuka puasa di pinggir pantai yang suasananya cocok dengan ikan yang dimakan, sama-sama enak
Ini salah satu area pantai di kompleks Muesum Pusaka Nias
Tiang bagian dalam rumah adat tempat saya menginap, ada bagian atap yang bisa dibuka sehingga sirkulasi udara bagus
Tanduk rusa menjadi hiasan rumah adat 


salah satu rumah adat di desa wisata Tumeri
Saya juga berkesempatan mengunjungi desa wisata Tumeri, disana masih banyak rumah adat, walau sudah ada beberapa modifikasi bentuk asli dengan atap rumbia masih dipertahankan. Konstruksi rumah adat memang terbukti sesuai dengan kebutuhan dan aman terbukti saat gempa.
Saya 2 kalai mendapat kesempatan mengunjungi desa Tumeri, pertama untuk jalan-jalan dan ke dua diundang makan malam oleh Pak Java. Makan malam ditempat mertua pak Java yaitu pak Zabue, yang merupakan rumah adat dengan modifikasi. Disana saya berkesempatan makan malam dengan para duta wisata Kota Gunung Sitoli yang disebut Sila'i dan Sibolowua.


Suguhan yang spesial adalah makanan khas Nias, Gowi NiFufu, ubi yang ditumbuk dan diberi kelapa parut (kukur)

Perjalanan yang menyenangkan tambah mantap saat mampir di kilang kopi untuk membeli kopi robusta sebagai oleh-oleh dan rasanya memang mantap

Dan Nias pun masuk wish list yang ingin saya kunjungi bersama anak-anak .. Ya'ahowu







1 komentar: